Sasuke's Mangekyō Sharingan

WELCOME TO MY BLOG

● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ● WELCOME TO MY BLOG ●

Rabu, 18 Maret 2020

Etika Profesi Matematikawan Terhadap Dunia Industri



BAB I
PENDAHULUAN

                     1.1                         Latar Belakang
Etika dan profesi dewasa ini menjadi perbincangan yang penting bagi semua kalangan. Bukan hanya etika profesi untuk guru saja, tetapi semua kalangan pun akan melakukan etika dan profesi sebagai seorang pekerja dan sebagainya. Etika profesi sebagai seorang Matematikawan khususnya. Dalam makalah ini, saya akan menjabarkan tentang pengertian dari etika profesi dan konsep dasar etika profesi sebagai seorang Matematikawan di bidang industri.
Bila kita membicarakan tentang konsep dasar, maka bila dihubungkan dengan etika profesi, maka memiliki arti bahwa mengapa muncul pertanyaan mengapa muncul etika dalam berprofesi dan harus seperti apa etika yang baik dalam berprofesi ini. Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami apa arti dari etika dan profesi itu sendiri dan selanjutnya konsep dasar etika profesi Matematikawan di bidang industri

1.2           TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian Etika Profesi.
2.      Untuk mengetahui konsep dasar Etika Profesi.
3.    Untuk mengetahui Etika Matematikawan di bidang Industri




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ETIKA PROFESI

2.1.1   Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the performance index or reference for our control system”.
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau  adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.[1][1] Sedangkan jika ditinjau dari bahasa latin  etika  adalah “ethnic”, yang berarti kebiasaan, serta dalam bahasa Greec “Ethikos” yang berarti a body of moral principles or values.[2][2]
Secara bahasa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat.[3][3]

Etika menurut berbagai literatur sama juga dengan akhlak, moral, serta budi pekerti, dimana akhlak berarti perbuatan manusia (bahasa arab), moral berasal dari kata “mores” yang berarti perbuatan manusia, sedangkan budi adalah berasal dari dalam jiwa, ketika menjadi perbuatan yang berupa manifestasi dari dalam jiwa menjadi pekerti (bahasa sanskerta).[4][4]
Jadi kata etika, moral, akhlaq, serta budi pekerti secara bahasa adalah sama, yaitu perbuatan atau tingkah laku manusia. Dimana objek etika itu sendiri adalah perbuatan manusia sehingga menjadi pembahasan yang sampai saat ini terus diperbincangkan.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia :

1.      ETIKA DESKRIPTIF,  yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

2.        ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
2.1.2  Profesi
Secara epistemologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.[6][6]
Secara bahasa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian, keterampilan, kejuruan, dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesionalisasi ditemukan sebagai berikut:
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.

Profesional adalah:
a.    Bersangkutan dengan profesi.
b.    Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
c.    Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.

2.1.3 Etika Matematikawan di bidang industri
Seorang Matematikawan di tuntut untuk Bersikap profesional. Dimana seorang matematikawan harus bisa Mempertanggungjawabkan Keahlianya  di Berbagai Bidang industri.Matematikawan Harus Bersifat Jujur, Tanggung Jawab , Teliti ,dll.
 Contoh  Industri konstruksi mengambil pekerjaan konstruksi jembatan, Gedung, bendungan, kanal, dan lain-lain. Kita Seorang matematikawan Harus bisa Mengukur dan Menciptakan Bangunan atau jembatan yang kokoh yang tidak mudah roboh dengan Menggunakan Metode/Rumus Matematika yang di kombinasikan dengan keahlian Seorang teknik Sipil. Pada Industri Pabrik juga, misalkan kita seorang matematikawan yang berada di bidang manajemen Persediaan maka kita harus bisa memanejemenkan jumlah produksi agar tidak merugikan perusahaan. Lalu ketika kita akan melakukan Operasi Riset tentang keuntungan produksi Parbik  jangan Membuat data yang tidak realistis sehingga membuat pabrik bisa bangkrut.

Contoh kasus aktivitas yang tidak beretika professional dalam bekerja adalah sebagai berikut:

1.   Pada Industri Kontruksi
Menambah keuntungan bagi dirinya dan melakukan hal-hal yang melanggar kode etik profesinya misalnya ukuran-ukuran kualitas bangunan dikurangi sehingga hasil yang dicapai cepat dan murah namun tidak tahan lama, hal ini tentu sangat fatal akibatnya bagi pengguna bangunan yang dibuat kontraktor tersebut.

2.  Kasus pelanggaran kode etik pada produk berbahaya (Industri Pabrik), produk merupakan salah satu kebutuhan yang ingin diperoleh masyarakat untuk kelangsungan hidupnya. Tentunya, dalam membuat suatu produk, produsen bertujuan untuk memuaskan pelanggan dengan cara produk yang dibuatnya dapat bermanfaat bagi konsumennya. Di sisi lain, justru banyak produk yang dihasilkan itu merugikan pelanggan karena memiliki dampak negatif atau berbahaya bagi konsumen. Contohnya adalah kasus baru-baru ini yaitu susu yang mengandung melamin yang berbahaya bagi konsumen. Contoh kasus tersebut jelas menyalahi etika profesi. Apabila produsen susu tersebut memiliki etika profesi, maka produk berbahaya tersebut tidak akan muncul di pasaran.

3.  Kasus pelanggaran kode etik pada dunia maya(Industri Komunikasi), dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut, diantaranya: virus, spam, penyadapan, carding, melumpuhkan target. Implikasi dari INTERNET (Interconection Networking), memungkinkan pengguna IT semakin meluas, tak terpetakan, tak teridentifikasi dalam dunia. Otomatisasi bisnis dengan internet dan layanannya, mengubah bisnis proses yang telah ada dari transaksi konvensional kepada yang berbasis teknologi, melahirkan implikasi negative, bermacam kejahatan, penipuan, hingga kerugian lainnya akibat penggunaan internet dalam dunia bisnis. Pelanggaran HAKI, yakni masalah pengakuan hak atas kekayaan intelektual, pembajakan, cracking, software ilegal.

4.  Seorang yang bekerja di bagian QC tersebut melakukan hal yang dianggap tidak baik, yaitu dengan meloloskan suatu produk yang sebenarnya dianggap cacat atau tidak layak. Hal ini disebut pelanggaran etika karena di dalam diri orang tersebut tidak ditanamkan norma-norma yang berlaku dalam etika profesi. Dampak yang ditimbulkan adalah nama baik perusahaan tersebut akan tercoreng karena tindakan oknum yang melakukan tindakan tersebut.

5.  Seorang Matematikawan yang merencanakan untuk membuat Jembatan dengan tujuan menghubungkan ke suatu kota. Tetapi Metode yang di gunakan matematikawan tersebut salah dan Menyebabkan nilai error  pada jembatan besar. Sehingga pada saat kendaraan padat di jembatan / terhempas oleh ombak. Jembatan nya roboh sehingga menimbulkan banyak korban









BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
        Seorang Matematikawan di tuntut untuk Bersikap profesional. Dimana seorang matematikawan harus bisa Mempertanggungjawabkan Keahlianya  di Berbagai Bidang industri.Matematikawan Harus Bersifat Jujur, Tanggung Jawab , Teliti ,dll.
Agar Dunia Industri Bisa Maju, Seorang Matematikawan harus juga mempunyai Skill dan Kemampuan Yang Baik agar bisa Membantu perkembangan dunia industri dengan ilmu matematika yang kita miliki sehingga bisa menguntungkan Banyak Pihak.

B. Saran
            Saya menyarankan kepada para pembaca untuk Bisa Memberi saran dan kritik untuk makalah yang saya telah buat . Saya sadar Akan banyak Kekurangan yang masih di miliki oleh makalah saya. Saya akan Senang jika Pembaca Bisa Memberi saran dan kritik yang lebih baik lagi kepada saya. Sehingga bisa Memperbaiki Makalah ini  di waktu yang akan datang. Semoga Kita Semua Bisa Memiliki Etika Yang Baik Dalam Menjalakan Profesi Kita Di bidang Manapun yang kita Jalankan.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar