BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian persediaan merupakan fungsi
manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan
melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancer. Bila perusahaan
menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” yang
lebih besar. Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang
mencukupi dapat mengakibatkan biaya – biaya yang dibutuhkan kurang sehingga
terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber
daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan
dari sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi
dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi.
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di
banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang
diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa
manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di satu pihak, suatu
perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan di
tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk
stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan
dan pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus
menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal
ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan. Kemudian
manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan
tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengendalian
Persediaan
Dalam suatu perusahaan pasti terdapat yang namanya
persediaan (stock). Persediaan (stock) itu sendiri merupakan barang-barang atau
sumber daya yang disimpan di dalam gudang yang akan digunakan di kemudian hari
oleh perusahaan dalam proses penjualan ke pihak konsumen. Persediaan yang ada
dapat berupa barang mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi.
Persediaan atau stok yang terdapat di gudang tetap harus diperhatikan dan
dikendalikan meskipun disimpan dan belum akan digunakan. Hal tersebut dinamakan
pengendalian persediaan (stock control).
Pengendalian
persediaan (stock control) adalah usaha yang dilakukan oleh perusahaan
dalam penyediaan barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi agar
terpenuhi secara optimal sehingga proses produksi berjalan dengan lancar dan
mengurangi adanya resiko yang akan terjadi seperti kekurangan barang serta
perusahaan dapat memperoleh biaya persediaan sekecil-kecilnya yang akan
menguntungkan perusahaan.
Pengendalian
persediaan harus dilakukan dengan seimbang. Jika persediaan terlalu besar (over
stock) maka beban-beban biaya untuk menyimpan dan menjaga persediaan di
dalam gudang akan tinggi sehingga hal ini akan menyebabkan pemborosan.
Sebaliknya, jika persediaan terlalu kecil atau dapat dikatakan kurangnya
persediaan (out of stock) maka waktu pengiriman barang yang telah
disepakati bersama antara perusahaan dengan konsumen akan menjadi terhambat.
Keterlambatan waktu pengiriman akan membuat konsumen beralih ke perusahaan lain
dalam melakukan pembelian barang.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pengendalian persediaan dalam
perusahaan manufaktur adalah kapan pemesanan barang harus kembali dilakukan,
berapa banyak barang yang harus dipesan, dan berapa rata-rata nilai persediaan
yang harus dijaga atau disimpan dalam gudang. Penerapan pengendalian persediaan
dalam suatu perusahaan dilakukan agar diperoleh jumlah yang tepat dan kualitas
yang baik dari barang-barang yang tersedia dalam gudang pada waktu yang
dibutuhkan yaitu saat barang akan dikeluarkan dari dalam gudang dengan biaya
yang dikeluarkan minimum sehingga perusahaan memperoleh untung.
Singkatnya pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha
penyediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat
berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya
persediaan yang sekecil-kecilnya.
B.
Manfaat ,Tujuan dan Fungsi Pengendalian Persediaan
¶ Manfaat
pengendalian persediaan di pelajari
Pengendalian
persediaan perlu dipelajari karena dengan pengendalian persediaan kita dapat
mempelajari bagaimana seharusnya membuat rencana, baik itu rencana dari segi
biaya maupun waktu suatu barang disedialan sampai barang tersebut diproduksi.
¶ Manfaat
dan Tujuan
Pada
dasarnya pengendalian persediaan dimanfaatkan
untuk membantu kelancaran proses produksi,
melayani kebutuhan perusahaan akan bahan-bahan atau barang jadi dari waktu ke
waktu Serta perusahaan bisa menentukan
jumlah persediaan yang optimal dengan mengeluarkan biaya yang sangat rendah
namun bisa memenuhi kebutuhan.
Adapun manfaat persediaan bagi perusahaan adalah :
1. Memenuhi kebutuhan
pelanggan dengan sebaik-baiknya sesuai permintaan pasar pada saat itu Dengan
adanya persediaan, maka jika terjadi permintaan yang berlebih dari para
pelanggan, maka perusahaan dapat menutupi permintaan tersebut dengan persediaan
yang tersedia digudang, sehingga para pelanggan akan merasa dihargai karena
kita selalu memenuhi permintaan yang mereka butuhkan, sehingga kita dapat
membuat mereka loyal pada perusahaan kita.
2. Meminimalkan resiko
keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
Dengan adanya persediaan yang mencukupi, apabila ada permintaan yang
berfluaktuasi dari para konsumen, perusahaan masih tetap dapat melakukan
operasi sebagaimana biasanya, karena persediaanya yang ada digudang masih bisa
digunakan walau barang-barang yang untuk melakukan operasi mengalami
keterlambatan, sehingga dengan adanya persediaan tidak akan menganggu jalannya
operasi.
3. Mengontrol stok
persediaan digudang dengan baik. Sebaiknya persediaan juga harus memperhatikan
permintaan pasar. Ini diperlukan agar tidak terjadi persediaan berlebihan pada
barang yang kurang diminati oleh pelanggan.
4. Mempertahankan
stabilitas atau kelancaran kegiatan operasi perusahaan. Dengan adanya
persediaan yang mencukupi, maka apabila ada masalah dengan proses pengiriman
bahan dari supplier dengan perusahaan, maka dengan adanya persediaan ini dapat
mempertahankan stabilitas dan kelancaran proses operasi perusahaan, sehingga
perusahaan masih dapat memenuhi permintaan pasar.
Adapun tujuan pengendalian persediaan adalah :
a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin
sehingga menginginkan persediaan tersedia dalam jumlah yang banyak (safety
stock).
b. Produksi ingin beroperasi secara efisien, hal ini
mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang
besar (untuk mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk menginginkan
persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses
produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.
c. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga
menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit daripada
pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian juga ingin ada
persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.
d. Keuangan (finance) menginginkan minimisasi semua bentuk
investasi persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada
perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan.
e. Personalia (personel and industrial relationship)
menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga
kerja.
f. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal
untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering.
¶ Fungsi
Fungsi utama pengendalian persediaan adalah ”menyimpan”
untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah atau barang jadi dari
waktu ke waktu.
Adapun fungsi pengendalian persediaan, yaitu:
1. Memastikan persediaan
tersedia (safety stock).
2. Mengurangi resiko
keterlambatan dalam pengiriman persediaan.
3. Mengurangi resiko
harga yang fluktutif.
4. Memperoleh diskon dari
pemesanan dalam jumlah yang banyak.
5. Menyesuaikan pembelian
dengan jadwal produksi.
6. Mengantisipasi
perubahan yang terjadi pada penawaran maupun permintaan.
7. Mengantisipasi
permintaan mendadak.
8. Menjaga jumlah
persediaan yang hanya terdedia musiman, sehingga ketika bahan sedang tidak
musim perusahaan masih memiliki persediaan barang tersebut.
9. Mengawasi pesanan
persediaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, bisa dikembalikan ke supplier
jika tidak cocok.
10. Menjaga komitmen terhadap customer agar
barang bisa diproduksi dengan waktu dan kualitas yang diminta.
11. Menentukan kualitas persediaan yang harus
disimpan untuk berjaga-jaga.
Fungsi tersebut diatas ditentukan oleh berbagai kondisi
seperti :
1. Apabila jangka waktu pengiriman bahan
mentah relatif lama maka perusahaan perlu persediaan bahan mentah yang cukup
untuk memenuh kebutuhan perusahan selama jangka waktu pengiriman.
2. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar
dari yang dibutuhkan.
3. Apabila pemintaan barang hanya sifatnya musiman sedangkan
tingkat produksi setiap saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani
permintaan tersebut dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti
fluktuasi permintaan.
4. Selain untuk memenuhi permintaan langganan, persediaan
juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang atau bahan pengganti atau
biaya kehabisan barang atau bahan relatif besar.
Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuty (2004) ada 3,
yaitu sebagi berikut:
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung
pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini
perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan
per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan
pengalaman atau data –data masa lalu yaitu permintaaan musiman.
C.
Mempelajari Pengendalian Persediaan
siapa yang
mempelajari pengendalian persediaan? Terkait hal yang mempelajari pengendalian
persediaan, menurut kelompok kami yang mempelajari adalah semua orang, karena
setiap unit usaha baik itu perusahaan maupun unit usaha yang bergerak di
berbagai bidang sangat perlu mempelajari pengendalian persediaan, agar setiap
pengeluaran biaya untuk persediaan dapat diminimalkan sehingga pendapatan unit
usaha tersebut dapat meningkat dari segi laba. Hal tersebut juga supaya
persediaan yang akan disediakan untuk kebutuhan produksi selanjutnya tidak
mengalami kelebihan persediaan yang dapat menyebabkan kerugian pada unit usaha/
perusahaan tersebut.
D.
Profesi Pengendalian Persediaan
profesi daripada
pengendalian persediaan adalah:
1. ⧫ Menjadi seorang managemen persediaan
Ada beberapa tugas
utama dari managemen persediaan, yaitu:
a. Memastikan persediaan barang cukup
b. Efisiensi biaya persediaan
c. Memastikan persediaan diperlakukan dengan optimal
2. ⧫ Mahasiswa
Tugas dari
mahasiswa menurut pengendalian persediaan, yaitu:
a. Memanagemen
waktu
b. Memanagemen keuangan
E.
Model- Model Pengendalian Persediaan
Model- model dari
pengendalian persediaan ada beberapa, yaitu:
1.
Model Persediaan Deterministik
Dalam persediaan deterministik untuk
menentukan kebijaksanaan persediaan yang optimum, dibutuhkan informasi mengenai
parameter-parameter berikut :
a. Perkiraan kebutuhan
b. Biaya-biaya persediaan
c. Lead time
Dalam
model persediaan deterministik parameter-parameter yang berpengaruh terhadap
sistem persediaan dapat diketahui dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dari
biaya-biaya persediaan diasumsi diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga
diasumsikan selalu tetap. Karena semua parameter bersifat deterministik maka
tidak dimungkinkan adanya kekurangan persediaan.
Dalam
dunia nyata, akan sangat jarang ditemukan situasi dimana seluruh parameter
dapat diketahui dengan pasti. Karena itu, akan lebih masuk akal jika digunakan
model-model probabilistik yang mempertimbangkan ketidakpastian pada
parameter-parameternya. Namun, model deterministik terkadang merupakan
pendekatan yang sangat baik, atau paling tidak merupakan langkah awal yang baik
untuk menggambarkan fenomena persediaan.
Salah
satu model yang sangat popular di dalam sistem deterministik adalah model
Economic Order Quantity (EOQ). Model EOQ ini merupakan dasar dari berbagai pengembangan
metode-metode persediaan.
2. Model Persediaan
Probabilistik
Permasalahan
dalam persediaan probabilistik adalah adanya permintaan barang tiap harinya
tidak diketahui sebelumnya, informasi yang diketahui hanya berupa pola
permintaannya yang diperoleh berdasarkan data masa lalu.
Pada
model-model persediaan deterministik, diasumsikan bahwasannya semua parameter
persediaan selalu konstan dan diketahui secara pasti. Pada kenyataannya, sering
terjadi parameter-parameter yang ada merupakan nilai-nilai yang tidak pasti,
dan sifatnya hanya estimasi atau perkiraan saja.
Parameter-parameter
seperti permintaan, lead time, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya
kekurangan persediaan dan harga, kenyataannya sering bervariasi. Model-model
deterministik tidak peka terhadap perubahan-perubahan parameter tersebut. Untuk
menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan lead time, model
probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman (safety
stock).
Dalam sistem pengendalian persediaan bersifat
probabilistik, terdapat 2 metode Order Point Policy (OPP) yaitu :
A. Metode Q
Pada
metode ini persediaan dengan jumlah pemesanan tetap dan jarak waktu pemesanan
selalu berubah-ubah. Pada metode ini pemesanan kembali dilakukan pada saat
dimana persediaan mencapai suatu titik pemesanan kembali (reorder point) dengan
memperhitungkan kebutuhan yang berfluktuasi selama waktu ancang-ancang (lead
time), persediaan untuk meredam fluktuasi selama lead time disebut persediaan
keamanan (safety stock).
Beberapa yang perlu diperhatikan pada model Q
adalah :
a. Lot Order Economic adalah jumlah pembelian
yang ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pesan.
b. Persediaan keamanan (safety stock) adalah
sejumlah bahan sebagai persediaan cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi
rencaha yang telah ditetapkan.
c. Waktu ancang-ancang (lead time) adalah
waktu yang dibutuhkan untuk memesan bahan sampai bahan tersebut tiba.
d. Pemakaian atau kebutuhan setiap hari.
Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan
metode Q adalah :
a. Jumlah barang yang dipesan untuk setiap
pemesanan adalah sama.
b. Pemesanan kembali dilakukan apabila
persediaan telah mencapai titik pemesanan kembali.
c. Besarnya reorder point sama dengan jumlah
pemakaian selama waktu ancang-ancang ditambah dengan persediaan keamanan.
d. Interval waktu antara pemesanan tidak
sama, tergantung pada jumlah barang persediaan.
B. Metode P
Pada
metode ini sistem persediaan dengan jarak waktu pemesanan tetap, sedangkan
jumah bahan yang dipesan selalu berubah-ubah. Dengan demikian pemesanan
dilakukan pada waktu tertentu dimana jarak waktu antara dua pesanan selalu
tetap. Persediaan keamanan lebih besar dari sistem Q karena persediaan tersebut
juga diperlukan untuk seluruh konsumsi persediaan.
Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan
metode P adalah :
a. Jumlah barang yang dipesan tidak tetap
tergantung pada jumlah persediaan di gudang.
b. Interval waktu pemesanan tetap.
c. Jumlah yang dipesan sama dengan persediaan
maksimum dikurangi dengan persediaan yang ada di gudang, kemudian ditambah
dengan permintaan yang diharapkan selama waktu ancang-ancang.
d. Persediaan keamanan dilakukan untuk
menghadapi fluktuasi kebutuhan dalam masa pemesanan.
3. Model Persediaan
Stokastik
a.
Reorder Point Model (Q,r)
Pada
sistem ini berdasarkan kebijaksanaan jumlah atau ukuran pemesanan (order) yang
tetap dan periode waktu yang berbeda-beda. Prosedur utama dari sistem ini
adalah kapan saja persediaan turun sampai titik pemesanan kembali (reorder
point), maka sebuah pemesanan secara otomatis ditempatkan dengan jumlah atau
ukuran yang tetap.
Jadi
masalah pokok pengendalian persediaan dengan Reorder Point Model adalah
bagaimana menentukan titik pemesanan kembali dan menentukan jumlah atau ukuran
persediaan (Q) yang optimal. Penentuan titik pemesanan kembali (reorder point)
mencakup penentuan persediaan pengamannya (safety stock).
b.
Periodic Review Model (R, T)
Sistem
pengendalian ini merupakan sistem pengendalian persediaan yang didasarkan
kebijaksanaan periode waktu pemesanan yang tetap tetapi dengan jumlah atau
ukuran pemesanan yang bervariasi, yang dihitung dengan mengurangi secara
langsung jumlah persediaan yang ada dari jumlah persediaan sebelumnya yang
telah ditentukan atau dengan perkataan lain sejumlah pesanan akan ditempatkan
untuk membawa posisi persediaan atau sejumlah persediaan sampai ke posisi R yang
telah ditentukan.
Jadi
masalah pokok pada sistem ini adalah bagaimana menentukan periode atau jangka
waktu antar pemesanan yang optimal dan menentukan berapa jumlah persediaan yang
diinginkan pada awal siklus (R) yang optimal.
F.
Aplikasi
dan Metode Pengendalian Persediaan
Bahan
yang tersedia dalam menjamin kelancaran proses produksi dan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan adalah seminimal mungkin, maka tindakan atau
pengaplikasian yang perlu dilakukan adalah menentukan Economic Order Quantity
(EOQ), Safety Stock (SS), Reorder Point (ROP), Average Inventory Level, Order
Quantity, dan Total Cost (TC).
1.
Menentukan jumlah bahan baku yang ekonomis
(EOQ)
Setiap
perusahaan industri, dalam usahanya untuk melakukan proses produksinya yaitu
dengan melakukan pembelian. Dalam melakukan pembelian bahan baku yang harus
dibeli untuk memenuhi kebutuhan selama satu periode tertentu agar perusahaan
tidak kekurangan bahan baku dan juga bisa mendapatkan bahan tersebut dengan
biaya seminimal mungkin.
Biaya-biaya
yang timbul sehubungan dengan adanya pembelian dan persediaan bahan baku
(carrying cost dan ordering cost) setelah dihitung maka dapat ditentukan jumlah
pembelian yang optimal atau disebut EOQ, yaitu jumlah kuantitas bahan yang
dapat diperoleh dengan biaya minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah
pembelian yang optimal.
Pembelian
dalam jumlah yang optimal ini untuk mencari berapa jumlah yang tepat untuk
dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan yang tepat ini, maka
akan menghasilkan total biaya persediaan yang paling minimal.
Perbaikan
produktivitas sehubungan dengan persediaan bahan terletak pada upaya penurunan
biaya yang timbul karena persediaan. Biaya yang timbul karena persediaan
terdiri dari :
a. Biaya pengadaan (ordering cost)
b. Biaya penyimpanan (carrying cost) per
unit.
c. Biaya kehilangan, kerusakan dan biaya
alternatif.
Kuantitas pesanan (order quantity) atau EOQ
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
Dimana :
D = Jumlah kebutuhan bahan (unit / tahun)
Q = Besar order pada setiap pemesanan dari
vendor
A = Biaya pengadaan / pemesanan
H = Biaya penyimpanan
i = Bunga uang (% / tahun)
P = Harga perolehan item
Contoh :
Total penjualan selama 1 tahun adalah 100.000 unit. By.
Simpan adalah Rp 20,00 per unit persediaan. Biaya pesan adalah Rp 10.000,00 per
pesan. Dengan informasi tsb, berapa Q* (persediaan optimal) ?
Jawab :
Q* = [ (2x10.000x100.000)/20]1/2
= 10.000
unit
Tingkat persediaan
yang optimal adalah 10.000 unit. Dengan kata lain, perusahan memesan 100.000
unit setiap kali pesan.
Total biaya
persediaan (TC) =
Total by. Simpan + Total by.Pesan
TC =
[(10.000/2)x20]+[(100.000/10.000)x10.000]
=
100.000 + 100.000
=
Rp 200.000,00
Perusahaan memesan persediaan
sebanyak 10 kali dalam satu tahun. Persediaan rata-rata adalah 5.000 unit.
Dalam 1 tahun ada 10 kali siklus persediaan.
Periode perputaran
persediaan = asumsi 1 tahun=360 hari.
360 hari/10
kali=36 hari
Tingkat
konsumsi persediaan (tingkat penjualan) adalah 10.000/36 = 278 unit per hari.
2.
Menentukan safety stock (persediaan
pengaman)
Suatu
perusahaan industri perlu mempunyai jumlah bahan baku yang selalu tersedia
dalam perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. Persediaan bahan baku ini
biasa disebut persediaan pengaman atau safety stock. Persediaan pengaman adalah
merupakan suatu persediaan yang dicadangankan sebagai pengaman dari
kelangsungan proses produksi perusahaan.
Persediaan
pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan
untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan.
Dengan
ditentukannya EOQ, sebenarnya masih ada kemungkinan adanya out of stock di
dalam proses produksi. Kemungkinan stock out akan timbul apabila penggunaan
bahan dasar dalam proses produksi lebih besar dari pada yang diperkirakan
sebelumnya. Hal ini akan berakibat persediaan akan habis diproduksi sebelum
pembelian atau pemesanan yang berikutnya datang, sehingga terjadilah out of
stock.
Safety Stock diformulasikan dengan rumus :
Dimana :
SS = Safety Stock
Z = Safety Factor
d = Standar deviasi
L = Lead Time
3.
Menentukan Reorder Point (ROP)
Reorder
point adalah titik dimana harus dilakukan pemesanan ulang. Besarnya ROP
dihitung dengan menambahkan jumlah persediaan pengaman dengan jumlah pemakaian
selama lead time.
4.
Menghitung Average Inventory Level (Rata-rata
tingkat persediaan)
Dalam
manajemen persediaan rata-rata level inventory merupakan salah satu parameter
yang penting dan sering digunakan. Rata-rata tingkat persediaan dapat
diformulasikan dengan :
5.
Menghitung Total Inventory Cost (TC)
TC = Total Biaya Pengadaan + Total Biaya
Penyimpanan + Total Biaya Alternatif
6.
Peramalan
Peramalan
adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan
di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu
dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun
jasa.
Peramalan
akan semakin baik jika mengandung sedikit mungkin kesalahan, oleh karena itu
perlu dipilih metode peramalan yang terbaik yang sesuai dengan pola data yang
ada dari suatu perusahaan tertentu yang bergerak dalam bidangnya.
Secara
garis besar metode peramalan dibagi dua yaitu
🌼 Metode Peramalan Kualitatif
Metode
ini menggunakan keputusan manajerial, pengalaman data yang relevan dan model matematis yang implisit. Metode ini digunakan untuk peramalan jangka menengah
dan panjang yang melibatkan disain proses atau kepasitas suatu fasilitas.
Ada
empat metode kualitatif yang paling baik dan paling sering digunakan, yaitu :
Metode Delphi, Survei Pasar, Analogi Daur Hidup, dan Keputusan yang
diinformasikan.
🌼 Metode Peramalan Kuantitatif
Peramalan
kuantitatif menggunakan berbagai model matematis atau statistik yang menggunakan data historis dan variabel-variabel kausal untuk meramalkan
permintaan.
Faktor
utama yang mempengaruhi pemilihan teknik peramalan adalah identifikasi dan pemahaman pola histeris data. Pola data yang dimiliki perusahaan, dapat saja
menunjukkan macam-macam pola data, seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar Pola
Historis Sekumpulan Data
Metode
peramalan yang dipilih pada penelitian ini adalah dari kelompok metode
peramalan yang berdasarkan deret waktu (time series forecasting methods).
Metode Time Series adalah metode statistik yang menggunakan data permintaan
historis dihimpun pada suatu periode waktu. Dengan asumsi bahwa apa yang
terjadi di masa lalu akan terjadi di masa yang akan datang.
3.
Metode Moving Average (MA)
Moving
average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa data masa
lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan metode ini adalah untuk
mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya dengan
waktu.
Tujuan
ini dicapai dengan merata-rata beberapa nilai data secara bersama-sama, dan
menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan permintaan untuk periode
yang akan datang. Secara matematis, maka MA akan dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut :
Dimana :
Xt
= Permintaan aktual pada periode t
N = Banyaknya
data permintaan yang dilibatkan dalam permitungan MA
Ft
= Peramalan permintaan pada periode t
4.
Metode Double Moving Average (DMA)
Suatu cara peramalan data deret waktu dengan
trend linier adalah dengan menggunakan rata-rata bergerak ganda.
Persamaan yang dipakai dalam implementasi
Double Moving Average adalah :
5.
Metode Weighted Moving Average (WMA)
Pada
metode WMA, setiap data permintaan aktual memiliki bobot yang berbeda. Data
yang lebih baru akan mempunyai bobot yang tinggi karena data tersebut
mempresentasikan kondisi yang terakhir terjadi.
Secara
matematis WMA dapat dinyatakan sebagai berikut :
\
Dimana :
Wt
= Bobot permintaan aktual pada periode t dengan keterbatasan ∑W=1
Xt
= Permintaan aktual pada periode t
6.
Metode Single Exponential Smoothing (SES)
Kelemahan
teknik MA dalam kebutuhan akan data-data masa lalu yang cukup banyak dapat
diatasi dengan teknik SES. Model ini mengasumsikan bahwa data berfluktuasi di
sekitar nilai mean yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan konsisten.Rumus
SES dinyatakan sebagai berikut :
Dimana :
St
= Peramalan untuk periode t
Xt+(1-α) =
Nilai aktual time series
Ft-1
= Peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)
α
= Konstanta perataan antara 0 dan 1
7.
Metode Double Exponential Smoothing (Brown’s
One Parameter Linier)
Dengan
cara analogi yang dapat dipakai pada waktu memulai dari rata-rata bergerak
tunggal ke pemulusan (smoothing) exponensial tunggal dapat juga memulai dari
rata-rata bergerak ganda ke pemulusan exponensial ganda.
Persamaan
yang dipakai dalam implementasi pemulusan eksponensial linier satu parameter
dari Brown adalah :
Dimana :
m = jumlah periode ke depan yang diramalkan
8.
Ukuran Akurasi Hasil Peramalan
Ukuran
akurasi hasil peramalan merupakan ukuran kesalahan peramalan yaitu tingkat
perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.
Ada 4 ukuran yang biasa digunakan yaitu :
a. Mean Absolute Deviation (MAD)
Dimana :
Xt =
Permintaan aktual pada periode t
Ft = Peramalan permintaan pada periode t
n = Jumlah periode peramalan yang terlibat
b. Mean Square Error (MSE)
c. Mean Forecast Error (MFE)
d. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
Akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila
nilai-nilai MAD, MSE, MFE, dan MAPE semakin kecil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan
pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat
persediaan yang harus di jaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar
pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin
tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu
yang tepat.atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk
meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan di lakukan
secara optimal.
B. Saran
Pengendalian persediaan merupakan salah satu
topik yang sangat terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya
dan meningkatkan service level. Mengapa demikian? karena dengan mengelola
persediaan dengan tepat perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika
rata-rata level persediaan dapat diturunkan maka secara tidak langsung salah
satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan
margin keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan
persediaan yang tepat adalah service level kepada pelanggan meningkat, atau
minimal tidak turun.